Menatap Langit
Langitku? Bukan, itu
bukan langitku. Langitku itu kamu, iya kamu.
Teduh senja menyeka
langit beranda rumahku. Oranye, jingga mewarnai langitku. Aku terduduk
melambaikan semua angan kepada langit. Bersama semua kenangan yang teraduk
manis di dalam ingatanku. Membunuh menit, menelanjangi detik.
Menggoreskan pena,
menyayat kertas. Aku berbisik. Tanganku tak henti menuliskan kata-kata indah
untukmu, langitku. Mengingat setiap jengkal yang telah kita lewatkan. Aku
terhenti sejenak, menyeka air perasaanku. Begitu lemahnya aku jika aku
mengingatmu, langitku.
Teduh senja tergantikan hening malam.
Langitku merubah warnanya. Tak terpancar warna kebahagiaan dilangitku. Gelap.
Angin malam meniup-niup semua ingatanku. Tidak ada keterlambatan untukmu,
langitku. Semua yang terlambat, akan diulang menjadi awal yang baru.
Langitku, aku baik-baik saja disini. Aku
ingin langitku, kamu memberikan sebuah kesempatan untuk bintang-bintang dan
rembulan agar tetap terus menemanimu, Langitku. Silahkan datanglah ketika aku
memejam, sapukan goresan kenangan disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar